Senin, 18 Oktober 2010

mUsEum nasiaonaL ada 2

Meski bukan lagi musim libur, semangat jalan gak lantas kendur. Gak bisa pergi ke luar kota, jalan-jalannya ya di Jakarta aja, banyak kok lokasi yang bisa dikunjungi, tinggal tentukan mana yang sesuai dengan hati. Dan aku pilih ke museum , hitung-hitung ikut mendukung program nasional. Tahun 2010 ini khan dicanangkan Gerakan Nasional Cinta Museum. Museum yang aku kunjungi adalah Museum Nasional. Sengaja aku cuma akan mendatangi satu tempat walaupun museum di Jakarta banyak, karena biasanya aku suka lama kalau melihat dan menikmati koleksi barang-barang kuno yang memiliki nilai sejarah didalamnya, dari pada terburu-buru ya satu aja dulu.
Kenapa Museum Nasional jadi pilihan, memang ada alasan. Pada saat aku berkunjung ke Malang, dan menyusuri jejak Kerajaan Singosari melalui situs-situs peninggalannya yang berupa candi, ada beberapa tempat yang seharusnya berisi arca ataupun prasasti tapi disana tidak bisa aku lihat, katanya “sekarang arca itu ada di Museum Nasional Jakarta”, makanya langsung terekam suatu rencana aku harus melacak kesana untuk melengkapi tulisan yang aku tulis sebagai bahan cerita wisata. Begitu juga saat menikmati liburan asyik ke sentra batik, di Kota Solo aku gak sempat ke Museum Batik Danarhadi, jadi untuk mencari bahan informasi, aku juga mau coba nyari disini.
Jadi itulah alasan utamanya, mencari arca, tetapi alasan lain adalah ingin bisa menumbuhkan rasa mencintai sejarah di dalam diriku supaya nanti bisa aku tularkan pada anak dan keponakan-keponakan yang kesemuanya memanggil aku mama sehingga kalau mau ngajak mereka jalan-jalan pilihannya gak lagi cuma ke Mall dan plaza, tapi bisa juga ketempat sejarah dan kuharap mereka jadi suka dan gak bosan karena aku nantinya bisa menceritakannya seperti tengah bercerita.
Jujur saja Museum ini terakhir kali aku kunjungi adalah waktu masih zaman SMA tahun 80 an dan itupun terpaksa karena program sekolah, kalau pergi yang dari hati ya baru kali ini. Sejak Juni lalu saja aku sudah tiga kali balik ke Museum ini, selalu merasa ada yang kurang yang memaksa aku kembali datang. Tetapi seminggu lalu saat aku kesana gedung sedang dalam renovasi, rencana akan ada penambahan gedung untuk koleksi-koleksi museum yang semakin banyak, memang kita lihat arca-arca masih banyak yang disusun berjejer di selasar, entah memang ditata seperti itu atau karena tempatnya yang kurang besar.
Museum yang dikenal sebagai Museum Gajah sekarang sudah terdiri dari dua bangunan. Bangunan lama adalah bangunan yang didepannya ada patung gajah dari perunggu yang didapat sebagai hadiah dari Raja Thailand, Raja Chulalongkorn.
Bangunan baru ada disebelah kiri bangunan lama dan ada koridor yang menghubungkan keduanya di bagian tengah, sedangkan di luar, diantara dua bangunan besar terdapat ruang terbuka seperti teater tempat berbagai acara di gelar, berbentuk melingkar.
Jujur aku baru tau, maka waktu berkunjung pertama kali kesitu aku berkomentar ” ooo….museum nasional ada dua ya?”. Akhirnya setelah mencari informasi aku jadi malu hati sendiri, untung waktu datang pertama aku belum bersama anak-anak, kalau gak, mereka bisa komentar serempak kompak ;”yaaa….mama baru tau juga ya?”.
Museum Nasiomal adalah museum tertua dan terbesar di Indonesia, terletak di jl Merdeka Barat Jakarta Pusat , gak jauh darinya ada istana dan Monumen Nasional, Monas singkatannya.
Bangunan yang bergaya Eropa klasik, terlihat dari pilar-pilar besar dibagian depan dan warnanya yang putih, mengesankan megah dan cantik, dibangun pada tahun 1778 (sementara ada yang menyebutkan tahun 1862, tahun 1778 itu adalah tahun dirintisnya ide untuk membentuk sebuah museum di Batavia), tetapi berbagai sumber yang kubaca mengungkapkan hal yang sama mengenai tahun peresmiannya, yaitu tahun 1868.
Seperti yang kubilang, untuk mengelilingi dan memandangi setiap koleksi yang dipajang aku pasti membutuhkan waktu yang panjang, karena museum ini menyimpan begitu banyak benda sejarah bahkan ada yang berasal dari masa prasejarah. Barang koleksi ada yang di dipamerkan berdasarkan jenis dan ada yang berdasarkan asal daerah.
Aku memulai perjalanan di Museum dari bagian kanan depan bangunan, masuk ke sebuah ruangan dengan cahaya temaram, entah apa maksud dan tujuannya, tapi bagiku ruangan itu jadi begitu terkesan “pendiam”
Sebuah ruangan besar yang ditata seperti layaknya ruang keluarga dilengkapi dengan furnitur berbahan kayu (kayu jati?)., ditengah terdapat meja bundar besar dengan kursi yang tersusun melingkar. Lantai yang mengesankan corak kotak-kotak karena warna yang berbeda disusun selang seling bergantian, menyebabkan koleksi diatasnya menjadi cantik. Ada pula lukisan foto tergantung di dinding.
ukiran cantik
ukiran cantik
Sayang sekali, waktu itu aku lebih tertarik untuk mengambil gambar sehingga informasi mengenai benda-benda yang ada di dalamnya jadi luput direkam.
Tetapi sebenarnya bukan hanya karena itu, cara penyajian informasinya menurutku kurang menarik, ada kertas 2 lembar di letakkan diatas meja, tapi yang justru menarik perhatian untuk dibaca adalah yang berupa peringatan: “MOHON TIDAK MELETAKKAN BARANG/MAKANAN/MINUMAN PADA KOLEKSI MUSEUM’, sementara informasinya kecil saja.
Dari ruangan yang pendiam, aku berjalan keluar dan melihat banyak arca yang tersusun berjajar di selasar, tapi tidak semua arca dan prasasti mencantumkan penjelasan, aku jadi kesulitan menterjemahkan angka yang tertulis disana, mungkin saja angka-angka itu digunakan sebagai penomoran bagi urutan koleksi atau bisa jadi juga adalah informasi, tapi aku gak tau harus melihatnya dimana, makanya aku kembali ke depan kesebuah meja yang berfungsi sebagai tempat penjualan tiket, bertanya pada petugas, apakah ada buku yang bisa menjelaskan angka-angka yang tercantum di benda-benda peninggalan sejarah itu. Petugas yang aku tanya Cuma menggelengkan kepala, gelengannya bisa berarti Gak ada, tapi bisa juga artinya gak tau. Padahal untuk orang awam informasi itu sangat dibutuhkan.
arca ini seharusnya ada di Candi Jago, Malang
arca ini seharusnya ada di Candi Jago, Malang
Amoghaphasa, perwujudan Raja Kertanegara
Amoghaphasa, perwujudan Raja Kertanegara
ini aku cari karena keterikatan dengan tanah leluhur Minang kabau, 
Adityawarman...
ini aku cari karena keterikatan dengan tanah leluhur Minang kabau, Adityawarman…
Jadi aku memutuskan gak perlu lama-lama di tempat arca yang gak bernama dan terus melanjutkan pencarian peninggalan sejarah yang berkaitan dengan Kerajaan Singosari , dimana candi-candinya pernah aku kunjungi, Candi Kidal, candi Jago dan Candi Singosari.
salah satu koleksi
salah satu koleksi
Di Ruang Tekstil kita bisa melihat berbagai jenis kain khas masing-masing daerah, dan informasi ditempat ini tersaji dengan baik dan detil, seperti tujuan semula, aku mencari tentang kisah kain batik. Ada koleksi batik yang dibuat oleh Kartini, ada batik tiga negeri dan beberapa koleksi cap batik yang dipajang menawan.
Di bagian kiri bangunan museum ada ruangan besar yang menyajikan beberapa jenis alat musik tradisional yang berasal dari berbagai daerah di tiap-tiap pulau yang ada di Indonesia.
Begitu banyaknya koleksi aku merasa bahwa berkunjung ketempat ini tidak bisa hanya sekali, maka aku bermaksud untuk datang lagi dan mempelajari setiap informasi yang disajikan lebih lama.
alam desa ku
alam desa ku
maket
maket
Untuk sementara cuma ini yang bisa aku bagi, mungkin sebaiknya teman-teman bisa mengunjunginya sendiri karena ternyata berkungjung ke museum kita bisa dibuat terkagum-kagum pada alam dan kekayaan yang ada di negeri kita.
sepi. menanti pengunjung kesini
sepi. menanti pengunjung kesini
Sedikit uneg-uneg sebagai penutup, aku begitu prihatin, tiga kali aku berkunjung ke museum ini, museum ini selalu sepi, gak ada tuh terlihat pengunjung yang berduyun-duyun, memang ada juga sih rombongan, tapi itu rombongan orang Jepang dan wisatawan manca negara yang ternyata fasih menjelaskan setiap obyek yang diamati, kadang-kadang aku suka ikutin mereka seolah sedang memperhatikan obyek yang sama, tapi sebenarnya nguping penjelasan tour guide mereka.
Sempat juga ketemu seorang bapak yang sengaja menghampiriku dan bertanya “ibu juga mengoleksi benda antik ya?” aku menjawab “bukan !” sambil senyum dan dia terheran-heran.
kincir air
kincir air
Sekali waktu berkunjung kesit, aku ketemu dengan rombongan TK, guru nya cuma ngajak anak-anak memutari seluruh ruangan tanpa menjelaskan apa-apa dalam bahasa mereka, yang terdengar cuma “ayo cepat anak-anak, kita ke ruangan sebelah” . Padahal anak itu lagi asyik memandangi kincir air.
Sedih ya…! maka walaupun sedikit terdengar berpromosi, aku ngajak kamu-kamu : Yuk kita sukseskan gerakan Nasional Cinta Museum tahun 2010 yang sebentar lagi berakhir.

1 komentar:

  1. SEMoGa yG baca Ini

    TerTarik...!!!

    dan menganal barang tradisional indonesia

    hhehehee

    BalasHapus